Senin, 28 Desember 2009

DASAR DASAR PENGETAHUAN



oleh : BUBUNG NIZAR
DASAR-DASAR PENGETAHUAN

Penalaran

Kemampuan menalar ini menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaan. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan ini secara sungguh-sungguh. Manusia mengembangkan pengetahuan, memikirkan hal-hal baru, mengembangkan kebudayaan, memberi makna kepada kehidupan, jada pada hakikatnya manusia mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuan dan ini juga yang mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas di muka bumi ini. Pengembangan pengetahuan manusia ini di sebabkan dua hal utama. Pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan fikiran yang melatarbalakangi informasi tersebut. Kedua kemampuan berfikir menurut suatub alur kerangka berfikir tertentu yang di sebut penalaran. Tidak semua pengetahuan berasal dari proses penalaran seba berfikirpun tidak semuanya berdasarkan penalaran manusia bukan semata-mata makhluk yang berfikir sekedar homo sapiens yang seteril.


Hakikat
Penalaran

Penalaran merupakan bagian dari usaha untuk meningkatkan kualitas ilmu dan teknologi yang mana pengetahuan memmungkinkan kita untuk menelaah hakikat ilmu dengtan seksama.
Penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berfikir merupakan sutu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar untuk menghasilkan pengetahuan yang benar berbeda-beda, tiap jalan pikiran mempunyai kriteria kebenaran dan ini merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu. Pertama logika (pola berfikir) disini bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berfikir logis yang bersifat jamak (plural). Kedua adalah sifat analitik merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berfikir tertentu yang didasarkan pada langkah-langkah tertentu. Tidak semua kegiatan berfikir bersifat logis dan analitis (penalaran).
Perasaan, merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran kegiatn berfikir semacam ini umpamanya adalah intuisi. Intuisi merupakan suatu kegiatan berfikir yang non analitik tidak mendasarkan diri kepada suatu pola berfikir. Berfikir intuitif sering bergalau dengan perasaan jadi cara berfikir dapat dikatagorikan kepada cara berfikir analitik yaitu penalaran dan cara berfikri non analitik yang berupa intuisi dan perasaan.
Selain diatas usaha manusia untuk mendapatkan pengetahuan yaitu wahyu ditinjau dari hakikat usahanya dalam rangka menemukan kebenaran dibedakan menjadi dua jenis pengetahuan pertama pengetahuan yang didapatkan sebagai hasil usaha yang aktif dari manusia baik melalui penalaran, perasaan dan intuisi. Kedua tanpa usaha mausia tetapi pengetahuan tersebut ditawarkan atau diberikan melalui campur tangan tuhan yakni wahyu disini manusia bersifat pasif dipercaya atau tidak terserah kepada masing-masing keyakinannya. Dalam hal wahyu dan intuisi secara implisit mengakui bahwa wahyu dan intuisi adalah sumber pengetahuan yang didapat melalui keyakinan meskipun kegiatan berfikir intuitip tidak mempunyai logika namun tetap diakui.
Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau pakta. Yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan paham yang disebut rasionalisme sedangkan yang menyatakan bahwa pakta yang tertangkap lewat pengalaman merupakan sumber kebenaran mengembangkan paham empirisme

Logika

Logika didefinisikan sebagai pengkajian untuk berfikir secara sohih. Ada dua jenis cara penarikan kesimpulan pertama logika induktif yang erat huubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Conto kambing mempunyai mata gajah mempunyai mata singa mempunyai mata jadi semua binatang mempunyai mata ada keuntungan.
Ada keuntungan dari pernyataan yang bersifat umum yaitu dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif, secara induktif dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan ke yang bersifat lebih umum lagi conto dari kenyataan bahwa semua binatanng mempunyai kata, semua mempunyai mata dapat ditarik kesimpulan bahwa semua makhluk mempunyai mata. Penalaran ini dimungkinkan disusunya pengetahuan secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan yang makin lama makin bersifat fundamental. Kedua logika deduktif menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus).
Penalaran deduktif adalah cara berfikir yang menarik kesimpulan bersifatnya khusus mempergunakan pola berfikir silogisme. Conto semua makhluk mempunyai mata, sipolan adalah seorang makhluk jadi sipolan mempunyai mata.

Sumber Pengetahuan
Segala yang ada dalam hidup ini dimulai dengan meragukan sesuatu. Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Dua cara pokok manusia mendapatkan pengetahuan yang benar. Pertama mendasarkan diri kepada rasio melahirkan kaum rasionallis. Kedua mendasarkan diri kepada pengalaman melahirkan empiris.
Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai didapat dari ide yang jelas serta dapat diterima menurut mereka ide bukan ciptaan pikiran manusia tetapi sudah ada jauh sebelum manusia berusaha memikirkannya, paham ini dikenal dengan nama idealisme. Fungsi pikiran manusia hanya mengenali prinsip tersebut lalu menjadi pengetahuannya. Secara singkat ide bagai kaum rasionalis bersifat apriori dan pra pengalaman didapat manusia lewat penalaran rasional. Berbeda dengan kaum empiris pengetahuan mereka berpendapat pengetahuan manusia bukan didapat dari penalaran rasional yang abstrak namun pengalaman yang kongkrit dinyatakan lewat tangkapan panca indra manusia contoh suatu benda padat kalau dipanaskan akan memanjang. Disamping rasionalisme dan empirisme, cara untuk mendapatkan pengetahuan adalah intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu, intuisi bekerja dalam keadaan yang tidak sepenuhnya sadar misallnya suatu masalah yang sedang kita pikirkan tiba-tiba saja muncul dibenak kita lengkap dengan jawabannya kita merasa yakin memang itulah jawaban yang kita cari namun kita tidak bisa menjelaskan cara kita sampai kesana. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Pengetahuan nintuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis dalam menentukan benar tidak nya suatu pernyataan juga membantu menemukan kebenaran. Bagi Maslow intuisi merupak pengalaman pucak (peak experince) dan bagi Nietzsche merupakn intelegensi paling tinggi.
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman tetapi mencakup masalah-masalah yang bersifat transedental seperti hari akhirat nanti pengetahuan ini didasarkan kepada kepercayaan hal-hal gaib (supranatural). Kepercayaan kepada tuhan merupak sumber pengetahua. Kepercayaan merupakan titik tolak dalam agama. Agama dimuali dengan rasa percaya lewat pengkajian selanjutnya kepercayaan itu bisa meningkat atau menurun sedangkan ilmu dimulai dengan rasa tidak percaya dan setelah memulai proses pengkajian ilmiyahbisa diyakini atau tetap pada pendirian semula.

Kriteria Kebenaran
Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa yang dianggapnya benar, bagi kita tidak sukar menerima kebenaran bahwa 3 + 4 = 7; 5 + 2 = 7; sebab secara deduktif dapat dibuktikan kebenarannya mengapa? Sebab pernyataan dan kesimpulan yang ditariknya konsisten dengan pernyataan dan kesimmpulan terdahulu yang telah dianggap benar, teori seperti ini teori koherensi.
Paham laiin adalah kebenaran yang berdasarkan kepada teori korespodensi, dimana eksponen utamanya adalah Bertrand Russell (1872-1970) bagi penganut teori ini suatu pernyataan benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berhubungan dengan objek yang dituju contoh “ibu kota Indonesia adalah Jakarta” sekiranya ada yang mengatakan ibu kota negara adalah Bandung tidak benar seba tidak terdapat objek secara paktual.
Kedua teori kebenaran diatas dipergunakan dalam cara berpikir ilmiyah, penalaran teoritis berdasarkan logika deduktif jelas mempergunakan teori koherensi sedangkan proses pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta mempergunakan teori kebenaran pragmatis yang dicetuskan oleh Charles S. Pierce (1839-1914) bagi seorang pragmatis suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Pragmatisme bukanlah suatu aliran filsafat yang mempunyai doktrin-doktrin filsafati melainkan teori dalam penentuan kriteria kebenaran. Kaum pragmatis berpaling kepada metode ilmiyah sebagai metode untuk mencari pengetahuan tentang alam yang dianggap fungsional dan berguna dalam menafsirkan. Sekiranya pernyataan itu tidak lagi bersifat demikian disebabkan perkembangan ilmu menghasilkan pernyataan baru maka pernyataan dulu ditinggalkan ini menandakan bahwa pengetahuan ilmiyah tidak berumur panjang.
Sebagai catatan kaum pragmatis percaya kepada agama sebab agama bersifat fungsionil dalam memberikan pegangan moral dan percaya kepada demokrasi sebab demokrasi berfungsi dalam menemukan konsensus masyarakat.

(silahkan klik komentar lalu isi dalam kolom (tinggalkan komentar anda) lalu klik Anonim dan klik Publikasikan komentar anda.trims)

Tidak ada komentar: