Jumat, 15 Januari 2010

TEORI-TEORI POKOK BELAJAR


TEORI-TEORI POKOK BELAJAR
PSIKOLOGI

oleh BUBUNG NIEZAR PAMUNGKAS

Teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum yang merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.

1. Koneksionisme
Teori Koneksionisme adalah Teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edwar L. Thorndike (1874/1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen Thorndike ini menggunakan hewan-hewan untuk mengetahui fenomene belajar.
Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan responsn. Itulah sebabnya, teori koneksionisme ini disebut juga “S-R Bond Theory” dan “S-R Psychology of Learning” disamping itu juga teori ini terkenal dengan sebutan “Trial and Error Learning” istilah ini menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai satu tujuan (Hilgard & Bower, 1975)
Dalam eksperimen Thorndike kita dapati dua hal pokok yang mendorong timbulnya fenomena belajar. Pertama motivasi merupakan hal yang sanat vital dalam belajar. Kedua Motivasi merupaka efek positif atau memuaskan yang dicapai oleh respons dan kemudian menjadi dasar timbulnya hukum belajar yang disebut dengan Law of Effect. Artinya jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan antara stimulus dan responss akan semakin kuat, dan sebaliknya bila tidak memuaskan maka akan lemah. Hukum inilah yang megilhami munculnya konsep reinforcer dalam teori Operant Conditoning hasil penemuan B.F. Skinner.

2. Pembiasaan Klasikal
Teori Pembiasaan Klasikal ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936), pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Terrace, 1973). Teori Pavlov ini juga dapat disebut responsdent conditioning (Pembiasaan yang dituntut).
Dalam eksperimennya adalah rangsangan yang mampu mendatangkan repon yang dipelajari. Pavlov menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan-hubungan antara conditioned stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS), Conditioned responss (SR), dari unconditioned responss (UCR).

Model Eksperimen Pembiasaan Klasikal

Sebelum Eksperimen
Pemberian makan Air liur keluar
Bunyi bel Tidak ada respons

Eksperimen / latihan
Bunyi bel Pemberian makanan

Setelah Eksperimen
Bunyi bel Air liur keluar


Pavlov menjelaskan dengan eksperimen diatas, bahwa, belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan eksperimen. Pavlov dianggap pendahulu dan anutan Thorndike yang behavioristik itu. Dan kita bisa tarik hasil dari eksperimen Pavlov ialah apabila stimulus yang diadakan selalu disertai dengan stimulus penguat maka cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan responss atau perubahan yang kita kehendaki.
Skinner berpendapat bahwa proses belajar yang berlangsung dalam eksperimen Pavlov itu tunuk terhadap dua macam hukum yang berbeda, yakni : law of responsdent conditioning (hukum pembiasaan yang dituntut) dan law of responsdent extinction (hukum pemusnahan yang dituntut)

3. Pembiasaan Prilaku Respons
Teori Pembiasaan Responss ini merupakan teori belajar yang sangat berpengaruh dikalangan para ahli psikologi belajar masa kini. Penciptaannya bernama Burrhus Frederic Skinner seorang penganut Behaviorisme yang diangap kontraversial.
Teori-teori belajar menurut Thorndike, skinner dan Pavlov secara prinsipal bersifat behavioristik yakni perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur. Teori-teori itu bersipat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan responss.
Diantara kelemahan-kelemahan teori-teori tersebut :
a. Proses belajar itu dapat diamati langsung.
b. Proses belajar itu bersifat otomatis mekanis
c. Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan prilaku hewan sangat sulit diterima.

4. Teori Pendekatan Kognitif
Teori ini adalah bagian terpenting dari sains, kognitif yang sangat berarti dalam perkembangan psiklogi Pendidikan. Sains kognitif merupakan himpunan disiplin yang terdiri atas : Psikologi kognitif, ilmu-ilmu computer, linguistic, intelegensi buatan, matematika, epistimologi dan neuropsychology (Psikologi syarat)
Pendekatan psikologi kognitif menekankan proses internal, mental manusia, dan pendekatan psikologi kognitif sering dipertentangkan dengan pendekatan behavioristik tetapi tidak berarti psikologi kognitif anti terhadap aliran behaviorisme. Menurut para ahli psikologi kognitif, airan behaviorisme itu tidak lengkap sebagai sebuah teori psikologi sebab tidak memperhatikan proses kejiwaan yang berdimensi renah cipta seperti berpikir, mempertimbangkan dan mengambil keputusan, dan aliran behaviorisme juag tidak mau tahu urusan ranah rasa.
Dalam persepektif psikologi kognitif, belajar adalah peristiwa mental, bukan bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah). Meskipun hal yang bersifat jasmaniah tampak nyata dalam hamper setiap peristiwa belajar siswa.
Sehubungan dengan hal ini, Pieget, menyimpulkan bahwa anak-anak memiliki kebutuhan yang melekat dalam dirinya sendiri untuk belajar.
Aliran behaviorisme yang terkenal radikal, kini tengah mengalami fase keruntuhannya. Karena kini semakin banyak pakar behavioristik.(Reber. 1988)
Keyakinan prinsipal dalam teori behavioristik manusia lahir tanpa warisan kecerdasan, warisan bakat, warisan perasaan, dan warisan lainnya. Semua kontak dengan alam sekitar terutama dalam alam pendidikan. Keyakinan prinsipal lainnya adalah peranan “refleks” yakni reaksi jasmaniah.
Dalam persepektif psikologi kognitif, peristiwa belajar seperti yang diatas adalah naïf (terlalu sederhana). Sebagai bahan perbandingan dikemukakn dua contoh kritik terhadap behavioristik :
Pertama, kebiasaan pada umumnya berpengaruh pada kegiatan belajar.
Kedua, kebiasaan belajar siswa dapat ditiadakan oleh kemauan siswa itu sendiri.

Tidak ada komentar: