Minggu, 03 Januari 2010

POTRET BANGSA


POTRET BANGSA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN
oleh : Bubung Niezar Pamungkas

Apa itu pendidikan…?? pendidikan yaitu proses menerima ilmu yang biasa di lakukan di mana saja entah di sekolah atau di manapun tempat kita berada tergantung bagaimana kita berinteraksi denagn lingkungan yang ada sebuat saja pendidikan alam atau alam raya sekolahku.

Bagaimana pendidikan di Indonesia..??
Pendidikan Indonesia selalu gembar-gembor tentang kurikulum baru…yang katanya lebih oke lah, lebih tepat sasaran, lebih kebarat-baratan…atau apapun. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dengan mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum. Katanya Indonesia negeri makmur dan mempunyai pendidikan gratis. Bahkan ada moto indonesia yang katanya “mencerdaskan kehidupan bangsa” tapi ini malah bukan mencerdaskan bangsa tapi membodohi bangsa dengan berbagai kepentingan yang ada. Banyak rakyat miskin bukan menerima hak untuk mendapat pendidikan tapi malah di depak untuk tidak mendapat pendidikan bagaimana Indonesia mau mencerdaskan bangsa.
Bagaimana setiap anak Indonesia mau cerdas jangan cerdaslah terlalu berangan untuk memperoleh hal itu jika di lihat pendidikan Indonesia, mengapa saya mengatakan hal itu soalnya pendidikan hanya untuk kaum kaya atau si tuan polan (orang kaya dalam versi iwan fals). Bukan rahasia lagi jika pendidikan hanya untuk orang kaya menurut kapitalisme pendidikan “orang miskin dilarang masuk sekolah” sekali lagi sungguh memperhatinkan tapi itulah kenyataannya atau faktanya. Bayangin saja untuk masuk TK saja harus membutuhkan uang berates-ratus rupiah untuk mendapatkannya. Kita bukan bangsa yang miskin kita punya segala-galanya mengapa pendidikan harus di buat mahal. Tidak berkacakah kita kepada jerman, kuba, dan malaisya biaya pendidikannya saja sangat murah.
Bagi orang kaya atau si tuan polan pendidikan hanya hal biasa bias di beli dengan duit. Mari kita lihat contohnya :
Indonesia dihadapkan pada kasus yang mencoreng nama pendidikan. Kasus jual beli gelar yang dipraktekkan oleh IMGI. Cara memperoleh gelar ini sangatlah mudah, Anda tinggal menyetor 10-25 juta, dan Anda dapat gelar yang Anda inginkan..Tinggal pilih…apakah S1, S2, atau S3….benar-benar edan! Sebagian orang mabuk kepayang akan nilai gelar yang memabukkan. Dan tidak tanggung-tanggung yang pernah membeli gelar dari IMGI ini…sekitar 5000 orang.
Tulungagung jawa timur, guru main judi,(trans tv tgl 18 des jm 1.38) lihat saja guru saja maen judi gimana dengan masa depan kita masa kita harus diajarin judi.
pendidikan adalah satu-satunya jalan bagi bangsa kita dalam mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain. Aku cukup salut dengan pemerintah Kamboja dan Thailand yang mulai berbenah diri dengan berfokus pada pendidikan warga negaranya. Kedua negara ini mulai merintis pendidikan gratis bagi warga nya. Pemerintah Kamboja sendiri mulai mengalihkan sembilan belas persen dari total anggarannya yang biasanya digunakan sebagai angaran militer untuk mendukung pengembangan pendidikan.
Tulisan ini didedikasikan hanya untuk bangsa tercinta kita, yaitu Indonesia. Betapa semrawutnya kondisi saat ini tidak seharusnya menumpulkan harapan kita akan masa depan yang lebih baik. Tulisan ini tidak bermaksud menggurui ataupun menyalahkan. Kita bertukar pikiran hanya untuk mencari solusi terbaik, siapa tahu solusi ini bisa diimplementasikan dalam kondisi real.

Begitu juga halnya yang dikomentarkan tentang Potret Pendidikan Adalah Potret Bangsa Author : M. Suja’i Anhar. Mengatakan Di akhir tahun 2008 ini, tepatnya pukul 15.30 s/d 17.00 WIB bertempat di gedung Labschool Rawamangun, saya mendapat pelajaran yang sangat berharga, dari Bapak Rosiman, Wakil Kepala SMP Labschool Rawamangun. Ketika orang sibuk mempersiapkan pesta akhir tahun, melepaskan penat, menghabiskan sedikit uang, mungkin juga banyak, terbukti dengan semakin banyaknya kendaraan menuju pusat kota, ketika hari menjelang malam. Saya berusaha memaparkan kepada beliau, tentang ketertinggalan pendidikan kita dengan dunia maju, tentang persaingan yang semakin ketat, tentang perubahan pendidikan kita yang sangat lambat. Pesimis akan keberhasilan dunia pendidikan dalam menjawab tantangan zaman, dan kegalauan saya terhadap sikap guru yang sulit diajak maju. Dengan bijaksana beliau berusaha meluruskan, memberikan sudut pandang yang sangat berbeda, dan memberikan arahan dengan pelan namun pasti, yakni, sisakan sikap optimisme dalam diri kita, untuk keberhasilan pendidikan kita. Masih menurut beliau, keadaan bangsa kita sekarang, adalah potret pendidikan beberapa waktu yang lalu, dan apabila kita ingin merubah keadaan bangsa kita di masa yang akan datang, tidak perlu memaki potret pendidikan kita sekarang. Kita benahi, bukan kita sesali, kita berikan motivasi yang terus menerus kepada seluruh jajaran pendidikan, bukan berkeluh kesahtiadahenti. Kita harus merubah cara pandang mereka terhadap pendidikan, kita buka mata mereka terhadap pendidikan, dengan diskusi, ceramah, workshop, seminar dan pelatihan. Bila memungkinkan, beri mereka kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Menggiring mereka, seperti menggiring kawanan sapi dari kandangnya untuk makan, setelah selesai, kita masih mempunyai tugas, yakni menggiringnya untuk kembali ke kandang. Mungkin prosesnya masih jauh dari mandiri, namun ini harus tetap kita mulai, kita ajak mereka untuk maju, jangan ditinggalkan. Seburuk apa pun potret pendidikan kita hari ini, tetaplah optimis, tetaplah berbuat, mulai dari lingkungan terkecil, mulai dari kelas, teman sejawat, sekolah, orang tua murid, dan akhirnya, kita ajak masyarakat untuk membenahi ini semua. Saya sangat terkesan, dengan semangat perubahan yang disampaikannya, kata-kata “berbuat” selalu terngiang di telinga saya. Karena cara pandang yang saya anut sebelumnya adalah, menilai kemajuan seseorang atau masyarakat, dapat kita nilai dari bagaimana ia memandang ilmu, memandang sekolah dan bidang-bidang yang menyangkut peningkatan pendidikan. Apabila memandang rendah, maka orang ini adalah orang yang tidak berkembang. Buta huruf di zaman dahulu, adalah yang tidak mampu baca tulis, pintu komunikasinya tertutup terhadap dunia luar, kecuali secara verbal. Di zaman sekarang, buta huruf adalah, orang tidak mengerti akan teknologi, pintu komunikasi terhadap dunia luar pada saat ini, tidak terlepas dari teknologi, mungkin orang yang tidak dapat menggunakan komputer, termasuk buta huruf pada saat ini, Bukan lagi secara harfiah. Melek teknologi sama dengan melek informasi, melek informasi sama dengan tahu perkembangan, dan pada akhirnya, mengerti apa yang harus diperbuat. Menjadi subjek terhadap lingkungannya, bukan objek dari lingkungannya. Tidak perlu malu untuk belajar, karena belajar adalah cara yang paling cepat untuk maju, jangan malu mengakui kekurangan, karena ketika sadar akan kekurangan diri sendiri, akan memacu kita untuk maju. Tidak perlu alergi terhadap kritik, selama kritik ini membuat kita maju, apa salahnya? Kecuali kritik yang kita terima, adalah kritik yang mematikan, maka itu adalah pembunuhan, tidak perlu didengar, abaikan saja. Sekali lagi, guru memegang peranan penting dalam perubahan dunia pendidikan kita, agent of change, tidak satu profesi pun yang dapat merubah wajah dunia ini lebih cepat ke arah perbaikan, kecuali guru. Maka, peningkatan kualitas guru sudah merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Pembenahan melalu pendidikan, melalui pelatihan, melalui tukar pendapat, sharing ilmu di berbagai forum. Pemerintah telah melakukan pembenahan yang sangat fundamental, yakni perbaikan pendapatan guru. Tidak ada lagi alasan ketertinggalan peningkatan kualitas guru, terhambat oleh minimnya gaji guru. Rasanya, kita tidak lagi mau mendengar, guru kita nyambil ngojek, untuk menutupi kekurangan biaya hidupnya, mengajar dibanyak tempat, sehingga terkuras waktu dan energinya, mencari seseran yang kurang enak didengar di telinga. Kita sudahi penderitaan guru, walaupun belum semua. Walaupun disana sini masih terlihat kekurangan dana pendidikan, namun disebagian tempat, dana pendidikan mungkin sudah tidak bermasalah. Sudah saatnya kita masuk di jalur cepat, tidak lagi menunggu arahan dan memperpanjang proses. Segerakan, bangsa ini sudah lagi tertinggal. Ini adalah kado terindah di penghujung 2008, untuk saya dan kita semua, semoga. Terima kasih Bapak Rosiman, terus berjuang! (M. Suja’i Anhar)

Didalam komentar PUSKOMDA SURABAYA RAYA menyatakan bahwa Pendidikan adalah hal pokok yang akan menopang kemajuan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kualitas dan system pendidikan yang ada. Tanpa pendidikan maka suatu Negara akan jauh tertinggal dengan Negara lain dan bahkan akan mati. Mengingat akan pentingnya pendidikan bagi generasi penerus bangsa kita, mari kita tengok sejenak potret pendidikan Indonesia saat ini. Kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP). Saat ini Indonesia sedang berusaha untuk memperbaiki sistem pendidikan yang ada dan telah menetapkan Standard kelulusan bagi peserta didik. Pemerintah setiap tahun akan meningkatkan standar kelulusan ujian nasional (UN) hingga mencapai kesetaraan dengan negara maju. Setiap tahun standar kelulusan akan terus ditingkatkan hingga mencapai 6,00. Hal ini diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia yang telah jauh tertinggal. Dengan meningkatnya Standard kelulusan tiap tahun, maka sekolah-sekolah berlomba-lomba agar para peserta didiknya dapat lolos dari seleksi ini. Usaha –usaha yang dilakukan pun beragam, dari usaha yang baik sampai yang tidak pantas dilakukan oleh pelaku pendidikan seperti pembocoran soal UAN. Ujian Akhir nasional sampai saat ini masih memiliki sejumlah masalah baik dalam hal pelaksanaan maupun hasil yang belum sesuai dengan harapan. Tujuan utama standarisasi yang semula menjadi tolok ukur keberhasilan berubah menjadi ajang persaingan angka yang berorientasi pada hasil sementara cara yang ditempuh sungguh sangat memprihatinkan. Banyaknya kasus menyontek, mencuri dan menggondol soal UAN, bocoran soal UAN maupun kekisruhan lain mencerminkan masih rendahnya moral bangsa kita. Masalah lain yang menjadi sorotan pendidikan Indonesia adalah mengenai prosentase anggaran pendidikan yang selama ini belum mencapai 20%. Hal ini patut disesalkan karena tujuan pendidikan kita yang seharusnya harus dinikmati oleh seluruh masyarakat indonesia ternyata masih hanya bisa dinikmati oleh sebagian kecil penduduk indonesia. Terwujudnya anggaran pendidikan sebesar 20% harus terus diperjuangkan dengan diiringi pengawasan terhadap penggunaanya beserta pertanggungjawabannya. Karena sampai saat ini belum ada mekanisme ataupun regulasi yang mengharuskan kepala sekolah untuk melaporkan APBS-nya untuk diaudit. Padahal dana yang dihimpun dari masyarakat setiap tahunnya oleh sebuah sekolah favorit saja bisa bermilyar-milyar. Dana itu tidak ada pertanggungjawabannya dan juga tidak pernah diaudit penggunaannya. Setiap tahun anggaran sekolah dianggap habis dan pembukuan dimulai dari nol lagi. Tak ada aturan dan mekanisme yang dapat mengontrol penggunaan uang di sekolah yang ‘auditable’. Melihat adanya berbagai masalah pendidikan tersebut, marilah kita usahakan adanya kepemimpinan bangsa yang sadar akan makna pendidikan sebagai investasi utama bangsa dan mampu menciptakan revenue sehingga mampu mendukung secara efektif penyelenggaraan sistem pendidikan yang bermutu dan adil merata. Ini berlaku bagi kepemimpinan tingkat nasiona dan juga kepemimpinan daerah.


Dr. Sudaryono, M.Pd
Konsultan Pendidikan

Ketika orang sibuk mempersiapkan pesta akhir tahun, melepaskan penat, menghabiskan sedikit uang, mungkin juga banyak, terbukti dengan semakin banyaknya kendaraan menuju pusat kota, ketika hari menjelang malam. Saya berusaha memaparkan kepada beliau, tentang ketertinggalan pendidikan kita dengan dunia maju, tentang persaingan yang semakin ketat, tentang perubahan pendidikan kita yang sangat lambat. Pesimis akan keberhasilan dunia pendidikan dalam menjawab tantangan zaman, dan kegalauan saya terhadap sikap guru yang sulit diajak maju. Dengan bijaksana beliau berusaha meluruskan, memberikan sudut pandang yang sangat berbeda, dan memberikan arahan dengan pelan namun pasti, yakni, sisakan sikap optimisme dalam diri kita, untuk keberhasilan pendidikan kita. Masih menurut beliau, keadaan bangsa kita sekarang, adalah potret pendidikan beberapa waktu yang lalu, dan apabila kita ingin merubah keadaan bangsa kita di masa yang akan datang, tidak perlu memaki potret pendidikan kita sekarang. Kita benahi, bukan kita sesali, kita berikan motivasi yang terus menerus kepada seluruh jajaran pendidikan, bukan berkeluh kesah tiada henti. Kita harus merubah cara pandang mereka terhadap pendidikan, kita buka mata mereka terhadap pendidikan, dengan diskusi, ceramah, workshop, seminar dan pelatihan. Bila memungkinkan, beri mereka kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Menggiring mereka, seperti menggiring kawanan sapi dari kandangnya untuk makan, setelah selesai, kita masih mempunyai tugas, yakni menggiringnya untuk kembali ke kandang. Mungkin prosesnya masih jauh dari mandiri, namun ini harus tetap kita mulai, kita ajak mereka untuk maju, jangan ditinggalkan. Seburuk apa pun potret pendidikan kita hari ini, tetaplah optimis, tetaplah berbuat, mulai dari lingkungan terkecil, mulai dari kelas, teman sejawat, sekolah, orang tua murid, dan akhirnya, kita ajak masyarakat untuk membenahi ini semua. Saya sangat terkesan, dengan semangat perubahan yang disampaikannya, kata-kata “berbuat” selalu terngiang di telinga saya. Karena cara pandang yang saya anut sebelumnya adalah, menilai kemajuan seseorang atau masyarakat, dapat kita nilai dari bagaimana ia memandang ilmu, memandang sekolah dan bidang-bidang yang menyangkut peningkatan pendidikan. Apabila memandang rendah, maka orang ini adalah orang yang tidak berkembang. Buta huruf di zaman dahulu, adalah yang tidak mampu baca tulis, pintu komunikasinya tertutup terhadap dunia luar, kecuali secara verbal. Di zaman sekarang, buta huruf adalah, orang tidak mengerti akan teknologi, pintu komunikasi terhadap dunia luar pada saat ini, tidak terlepas dari teknologi, mungkin orang yang tidak dapat menggunakan komputer, termasuk buta huruf pada saat ini, Bukan lagi secara harfiah. Melek teknologi sama dengan melek informasi, melek informasi sama dengan tahu perkembangan, dan pada akhirnya, mengerti apa yang harus diperbuat. Menjadi subjek terhadap lingkungannya, bukan objek dari lingkungannya. Tidak perlu malu untuk belajar, karena belajar adalah cara yang paling cepat untuk maju, jangan malu mengakui kekurangan, karena ketika sadar akan kekurangan diri sendiri, akan memacu kita untuk maju. Tidak perlu alergi terhadap kritik, selama kritik ini membuat kita maju, apa salahnya? Kecuali kritik yang kita terima, adalah kritik yang mematikan, maka itu adalah pembunuhan, tidak perlu didengar, abaikan saja. Sekali lagi, guru memegang peranan penting dalam perubahan dunia pendidikan kita, agent of change, tidak satu profesi pun yang dapat merubah wajah dunia ini lebih cepat ke arah perbaikan, kecuali guru. Maka, peningkatan kualitas guru sudah merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Pembenahan melalu pendidikan, melalui pelatihan, melalui tukar pendapat, sharing ilmu di berbagai forum. Pemerintah telah melakukan pembenahan yang sangat fundamental, yakni perbaikan pendapatan guru. Tidak ada lagi alasan ketertinggalan peningkatan kualitas guru, terhambat oleh minimnya gaji guru. Rasanya, kita tidak lagi mau mendengar, guru kita nyambil ngojek, untuk menutupi kekurangan biaya hidupnya, mengajar dibanyak tempat, sehingga terkuras waktu dan energinya, mencari seseran yang kurang enak didengar di telinga. Kita sudahi penderitaan guru, walaupun belum semua. Walaupun disana sini masih terlihat kekurangan dana pendidikan, namun disebagian tempat, dana pendidikan mungkin sudah tidak bermasalah. Sudah saatnya kita masuk di jalur cepat, tidak lagi menunggu arahan dan memperpanjang proses. Segerakan, bangsa ini sudah lagi tertinggal.


R E F E R E N S I

• http://Fals_belozoglu@linuxmail.org
• http://ureport.vivanews.com
• http://www.fsldkn.org/ke-ummat-an/potret-pendidikan-indonesia.html

(silahkan klik komentar lalu isi dalam kolom (tinggalkan komentar anda) lalu klik Anonim dan klik Publikasikan komentar anda.trims)

Tidak ada komentar: