Senin, 05 April 2010

KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR


OLEH BUBUNG NIZAR


PEMBAHASAN
KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR

I. AL-QUR`AN
I. 1. QS. Al-Alaq 1–5
                        
Al-Alaq (Segumpal Darah)
Artinya : “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah, (3) yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui (5)”.

Sesungguhnya Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan adalah ayat-ayat mulia ini. Dia merupakan rahmat pertama yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya dan nikmat pertama yang dicurahkan Allah kepada mereka, Dia merupakan peringatan tentang awal penciptaan manusia dari segumpal darah, dan sesungguhnya diantara kemurahan Allah SWT, adalah mengajarkan kepada manusia sesuatu yang tadinya tidak diketahuinya,
Maka Allah SWT mengangkat dan memuliakannya dengan ilmu. Inilah jabatan yang hanya diberikan Allah SWT kepada Bapak manusia Adam as, sehingga membedakannya dari malaikat, dan ilmu terkadang ada dalam benak, kadang-kadang dengan lidah, kadang-kadang bisa pula berada dalam tulisan dan bersifat mentalistik dan formalistik, kata formalistik memastikan ilmu berada pada tulisan, namun tidak sebaliknya.


I.2. QS. Ali-Imran 190-191
       •        ɧ14;                 • 
Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang benar-benar yang berakal (190) Yaitu orang-orang yang mengingat Allah SWT, ketika berdiri, duduk dan berbaring, mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi : Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka lindungilah kami dari azab neraka”.

Allah SWT berfirman “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi” yakni ikhwal ketinggian dan keluasan langit, ikhwal kerendahan dan ketebalan bumi, serta tanda-tanda kekuasaan yang besar yang terdapat pada keduanya, baik tanda-tanda yang bergerak maupun yang diam di lautan, hutan, pepohonan, barang tambang, serta berbagai jenis makanan, warna dan bau-bauan yang bermanfaat “serta pergantian malam dan siang” yang pergi dan datang serta susul menyusul dalam hal panjang, pendek dan sedang. Semua itu merupakan penetapan dari yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman “Benar-benar terdapat tanda kekuasaan bagi orang-orang yang berakal”.

Sempurna dan bersih yang dapat memahami hakikat berbagai perkara, bukan seperti orang-orang yang tuli dan bisu, yang tidak dapat memahami yaitu orang-orang yang dijelaskan Allah SWT, dengan “Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan dibumi yang dilalui oleh mereka sedang mereka tidak beriman kepada Allah SWT, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah SWT (dengan sembah-sembahan lain)” (QS. Yusuf : 105-106).
Allah SWT mencela orang yang tidak mau mengambil pelajaran dari makhluk-makhluk-Nya yang menunjukkan kepada zat, sifat, syariat, takdir dan tanda-tanda kebesaran-Nya. Allah memuji hamba-hamba-Nya yang beriman “yang mengingat Allah SWT ketika duduk, berdiri dan berbaring, mereka merenungkan penciptaan langit dan bumi” sambil berkata “Ya Tuhan kami, tidakah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia “Yakni tidaklah Engkau menciptakan makhluk ini dengan main-main, namun secara hak agar Engkau membalas orang-orang yang beramal buruk sesuai dengan apa yang telah mereka lalukan serta membalas orang yang berbuat baik dengan balasan kebaikan. Kemudian mereka menyucikan Allah SWT dari sifat main-main. “Maka lindungilah kami dari azab neraka” dengan upaya dan kekuatan-Mu dan mudahkanlah kepada kami dalam melakukan amal yang diridhai oleh Engkau dan kami, serta tunjukanlah kami kepada surga Na’im, juga lindungilah kami dari azab-Mu yang pedih. Mereka berkata “Maha suci Engkau” dari perbuatan menciptakan sesuatu dengan hak dan adil. Wahai zat yang Dia itu disucikan dari segala dzat kekurangan, kecacatan dan main-main”.

I.3. QS. At-Taubah : 122
              ɧ43;          

Artinya : “Tidak sepatutnya orang-orang yang beriman itu berangkat semuanya, Mengapa tidak pula berangkat satu rombongan dari tiap-tiap golongan itu untuk mempelajari perkara agama supaya mereka dapet memberikan peringatan kepada kaumnya bila telah kembali kepada mereka. Mudah-mudahan mereka bersikap hati-hati”.
Ayat ini merupakan penjelasan dari Allah SWT, bagi berbagai golongan arah yang hendak berangkat bersama Rasulullah SAW ke perang tabuk. Sesungguhnya ada segolongan ulama salaf yang berpendapat bahwa setiap muslim wajib berangkat untuk berperang. Apabila Rasul pun berangkat, oleh karena itu Allah SWT, berfirman : “Maka pergilah kamu semua dengan ringan maupun berat” (QS. Al-Taubah 41).

I.4. QS. Al-Ankabut : 19-20
         •              ɦ92;    •   •      

Artinya : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan permulaan, kemudian Dia mengulanginya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (19) Katakanlah “Berjalanlah di muka bumi lalu perhatikanlah bagaimana Allah mencipta dari permulaan, kemudian Allah menjadikan sekali lagi, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (20)

Allah SWT memberitahukan tentang al-khalil a.s bahwasanya dia menegaskan hari kiamat kepada kaumnya dan mengingkarinya, penegasan itu melalui hasil penciptaan Allah SWT yang dapat mereka lihat pada diri mereka sendiri, setelah sebelum mereka bukan apa-apa dzat yang memulai penciptaan dari tiada adalah berkuasa pula untuk mengembalikannya. Dan itu mudah bagi-Nya. Penegasan itu juga dilakukan dengan mengambil pelajaran dari penciptaan langit dan bumi, makhluk-makhluk yang ada pada keduanya dan benda-benda yang ada dikeduanya menunjukan kepada adanya pembuatan sebagai pencipta yang mutlak yang mengatakan kepada sesuatu “jadilah” Maka iapun menjadi.

I.5. QS. Al-A’raaf : 179
  •                    ᠋2;           

Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan untuk jahanam sebagian besar jin dan manusia, mereka memiliki hati yang tidak mereka gunakan untuk memahami, memiliki mata yang tidak mereka gunakan untuk melihat, dan memiliki telinga yang tidak mereka gunakan untuk mendengar, mereka itu seperti bintang, bahkan lebih sesat. Mereka itu adalah orang-orang yang lalai.

Allah SWT berfirman, “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan untuk jahanam sebagian besar jin dan manusia” Yakni kami menyiapkan mereka untuk jahanam dan berperilaku penghuni jahanam. Hal itu karena tatkala Allah hendak menciptakan makhluk, maka dia mengetahui apa yang akan mereka lakukan sebelum keberadaan mereka, kemudian apa yang akan mereka lakukan itu ditulis dalam kitab. Hal itu terjadi 50 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi, sebagaimana hal itu dikemukakan dalam shahih muslim dari Abdullah bin Amr bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :
“Allah SWT, menetapkan takdir-takdir makhluk lima puluh ribu tahun sebelum dia menciptakan langit dan bumi dan arasy di atas air” (HR. Muslim).

“Mereka memiliki hati yang tidak mereka gunakan untuk memahami, memiliki mata yang tidak mereka gunakan untuk melihat dan memiliki telinga yang tidak mereka gunakan untuk mendengar” Yakni mereka tidak memanfaatkan sedikit pun organ-organ tubuh yang telah dijadikan Allah SWT sebagai sarana untuk memperoleh hidayah. Allah SWT berfirman “Mereka tuli, bisu dan buta maka tidaklah mereka akan kembali” (QS. Al-Baqarah : 18), mereka tidak tulis, tidak bisu dan tidak buta kecuali terhadap hidayah. Hal ini difirmankan Allah SWT “Karena sesungguhnya bukan mata itu yang buta, namun yang buta ialah hati yang ada di dalam dada”. (QS. Al-Hajj : 46).

Firman Allah SWT “Mereka itu seperti binatang” yakni orang-orang yang tidak menyimak kebenaran tidak menyadarinya dan tidak melihat hidayat adalah seperti binatang yang dipelas yang tidak memanfaatkan organ-organ tubuh itu kecuali sekedar untuk memperoleh makanan dalam kehidupan lahiriah dunia. Binatang itu mendengar suara penggembalanya namun ia tidak memahami apa yang diucapkannya. Maka sehubungan dengan mereka Allah SWT berfirman “Bahkan mereka lebih sesat” dari pada binatang-binatang itu, sebab binatang kadang-kadang dapat menuruti penggembala walaupun ia tidak memahaminya, kemudian binatang itu berbuat menurut tujuan penciptaannya baik berdasarkan nalurinya maupun karena ketaklukannya. Hal itu berbeda dengan orang kafir, sesungguhnya Allah SWT menciptakan dia supaya menghambakan diri kepada Allah SWT dan mengesakan-Nya, lalu dia mengingkari dan menyekutukan Allah SWT, maka manusia yang taat kepada Allah SWT adalah lebih mulia keadaannya di akhirat daripada malaikat, sedangkan manusia yang kafir kepada-Nya adalah lebih buruk dari pada binatang. Oleh karena itu Allah SWT, berfirman “Mereka itu adalah orang-orang yang lalai”.

I.6. QS. Al-Baqarah : 269
                  

Artinya : “Allah menganugrahkan Al-Hikmah kepada siapa yang dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi AL-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan, hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari Firman Allah)”.

Firman Allah “Dia menganugerahkan Al-Hikmah kepada siapa yang dikehendaki” yakni pengetahuan mengenai Al-Qur’an menyangkut masalah nasikh dan mansukh, muhkam dan mutasyabih, yang pertama dan yang kemudian turun, halal dan haram, serta masalahlainnya. Demikianlah menurut Ibnu Abbas.
Ibnu Mardawih meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud secara marfu’ “Pangkah hikmah adalah rasa takut kepada Allah” Laits bin Salim berkata “Hikmah ialah pengetahuan, fiqh dan al-Qur’an” Abu Al-Alliyah berkata “Hikmah adalah rasa takut kepada Allah”. Ada pula yang mengatakan hikmah itu pemahaman, sunnah, akal dan menurut Malik adalah pemahaman terhadap agama, perkara yang dimasukkan Allah SWT, kepada kalbu yang berasal dari Rahmat dan karunia-Nya menurut As-Sadi hikmah ialah kenabian.
Demikianlah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Nasa’i dan Ibnu Majah dari berbagai jalan yang bervariasi dan berasal dari Ismail bin Abi Khalid. Firman Allah SWT “Dan tidaklah mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang berakal” maksudnya tidaklah mengambil manfaat dari nasihat dan peringatan kecuali orang memiliki akal dan penalaran, maksudnya mengambil pelajaran dari khithab dan makna firman Allah SWT.
Menurut keterangan AL-Ustazul Imam, Syekh Muhammad Abdul, hikmah adalah ilmu yang ditetapkan di dalam diri, jadi hakim kepada iradah membawa manusia kepada beramal, manala amal itu terbit dari pada ilmu yang shahih adalah ia menjadi amal shalih lagi memberi manfaat yang membawa kepada kebahagiaan.

II. HADITS
II.1. Hadits Sohih Bukhori Jilid I

قَالَ حُمَيْدُ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ خَطِيْبًا يَقُوْلُ سَمِعْتُ النبَّيَِّ صلعم يَقُوْلُ مَنْ ُيرِيْدِ الله بِهِ خَيْرًا يُفَقِّه ُفى الِّدْينِ وَاِنَّمَا اَنَا قَاسِمٌ و 575;للهُ يُعْطِى وَلَنْ تَزَالْ هَذِهِ الاُمَّةُ قَائِمًا عَلىَ اَمْرِاللهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَلَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِي امَرْ ُالله

Artinya : Humaid bin Abdurrohman r.a mengatakan bahwa ia mendenganr mu’awiyah berkhutbah katanya, “ Dia mendengar Rosululloh saw. Bersabda : “barang siapa dikehendaki Alloh akan beroleh kebaikan, diberi-Nya pengertian dalam hal agama. saya hanya membagi-bagikan, sedang yang memberi ialah Alloh selama (ummat islam) berdiri teguh diatas agama Alloh, tidak satupun penantang-penantang mereka yang sanggup membinasakan mereka sampai kiamat datang”.




DAFTAR PUSTAKA


 Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, 2, 3, 4 Muhammad Nasib Arrifa’I. Gema Insani Jakarta 2000
 Terjemah Tafsir Jalalein Jilid 1, 2, 3, 4 Imam Jalaluddin Al-Mahali dan Imam Jalaluddin as-Sayuti. Sinar Baru Bandung 1990.
 Tafsir Al-Qur`anul Karim Jilid 2, 3 H. Zaenal Arifin Abas, Firma Islamiyah Medan 1957
 Hamidy, Wijaya, Jakarta, 1959.
 Tarjamah Bukhori Muslim PT Widjaya Jakarta

Tidak ada komentar: